jurnal-strategi pengelolaan ekowisata ppk

Tulisan Dr.Ir.Hamzah Lubis,SH,M.Si berjudul ”Strategi Pengelolaan Ekowisata Bahari Pulau Kecil: Studi Kasus Pulau Poncan Gadang, Kota Sibolga”, telah dimuat pada  Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup-Universitas Sari Mutiara, Medan, Volume 1 Nomor 2, Oktober 2014, hal.67-73
Hamzah Lubis, Bsc.,Ir.,SH.,M.Si,Dr
*Dewan Daerah Perubahan Iklim Provsu *Mitra Baharai Provsu *Komisi Amdal Provsu
*Komisi Amdal  Medan *Pusat Kajian  Energi Terbarukan-ITM *Jejaring HAM KOMNAS HAM-RI
*KSA XLII/1999 LEMHANNAS *aktifis hukum/ham/lingkungan/pendidikan











Abstract
Peningkatan kunjungan wisatawan baik manca negara maupun wisatawan nusantara memerlukan penambahan obyek dan fasilitas pariwisata. Pengembangan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata, memungkinkan perluasan resort wisata yang sudah ada maupun penambahan resort wisata baru.  Pengembangan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata memerlukan strategi pengelolaan agar sumberdaya alam lestari dan kegiatan ekowisata berkelanjutan serta mensejahterakan masyarakat lokal.
Untuk mendapatkan kelayakan ekowisata pantai, ekowisata snorkel dan ekowisata menyelam digunakan analisis kesesuaian.  Untuk mendapatkan strategi pengelolaan ekowisata Pulau Poncan Gadang digunakan analisa Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT).
Analisis kesesuaian terhadap sumberdaya alam Pulau Poncan Gadang, maka Pulau Poncan Gadang memiliki kesesuaian untuk ekowisata baharí, dengan kegiatan ekowisata pantai, ekowisata snorkel dan ekowisata menyelam.
Análisis SWOT telah didapat dua belas strategi pengelolaan Pulau Poncan Gadang yang meliputi: (1) pemberdayaan masyarakat, (2)  mata pencarian alternatif, (3) pengembangan obyek wisata, (4) penetapan kawasan konservasi, (5) meningkatkan pendidikan dan keterampilan, (6) kesadaran hukum, (7) dukungan pelestarian terumbu karang, (8) memanfaatkan kearifan lokal untuk pengembangan pariwisata, (9) pengelolaan secara kemitraan, (10) pelibatan masyarakat lokal dalam perencanaan, (11)  pengawasan melibatkan masyarakat lokal dan (12) kebudayaaan lokal menjadi ikon wisata.
Keywords: 1. Strategi pengelolaann  2. Ekowisata bahari  3. Pulau Poncan Gadang

Pendahuluan
   Indonesia adalah Negara kepulauan. Sebagai  Negara kepulauan, Indonesia memiliki 17.480 pulau, memiliki luas lautan 5.800.000 km2 dan panjang garis pantai sepanjang 95.181 km (Dewan Kelautan Indonesia, 2009). Dari 17.480 pulau, sebagian besar adalah pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil ini menyebar di seluruh Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 buah pulau kecil, luasa   laut  10.000 km2 (60,5%  dari total luas Sumatera Utara ) dengan garis pantai sepanjang 1300 km. Pulau - pulau kecil tersebut  sebanyak 6 pulau  di Pantai Timur dan  156 pulau di Pantai Barat Sumatera Utara (LP – USU 2004).  Sibolga adalah salahsatu kota di Pantai Barat Sumatera Utara. Kota Sibolga memiliki 7 (tujuh) pulau kecil berada di Teluk Tapian Nauli. Pulau - pulau tersebut adalah Pulau Poncan  Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Panjang, Pulau  Palak, Pulau Sarudik, Pulau Babi dan Pulau  Bangkai (DKP-SU 2006).
Indonesia, adalah negara tujuan wisata. Pada awalnya, Indonesia mengandalkan obyek wisata budaya seperti Pulau Bali, Daerah Toraja, Candi Brobudur dan lainnya. Dalam perkembangannya pariwisata budaya bergeser ke pariwisata alam yang didasari adanya kecendrungan wisatawan untuk kembali ke alam (back to nature). Berkembanglah daerah tujuan wisata alam seperti Taman Nasional (TN) Komodo dengan satwa endemik komodo, TN. Ujung Kulon dengan satwa endemik badak, TN. Bunaken di Pulau Bunaken dengan keindahan taman dan satwa bawah laut, dan lainnya (Setiono et al. 2003).
   Dalam pengelolaan pariwisata Indonesia, tiap-tiap provinsi (Pasal 29 UU No.10 tahun 2009) dan tiap-tiap kabupaten/kota (Pasal 30 UU No.10 tahun 2009)  menetapkan daya tarik dan destinasi wisata berdasar potensi wisata masing-masing provinsi, kabupaten maupun kota. Indonesia, sejak 22 April 2013  memiliki 34 Provinsi, 409 kabupaten dan 93 Kota (Anonim, 2013). Sebagian besar  provinsi, kabupaten dan kota yang memiliki pulau-pulau kecil  menjadikan pulau-pulau kecil sebagai destinasi wisata dengan daya tarik wisata baharí. Potensi daya tarik wisata bahari  pulau-pulau kecil dapat berupa  pantai, mangrove, padang lamun, terumbu karang dan biota laut lainnya.
   Untuk menjaga kelestarian sumnberdaya alam dan keberlanjutan pariwisata (Pasal 2 UU No.10 tahun 2009) Pemerintah, Provinsi, Kabupaten dan Kota diharuskan menetapkan  Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataaan Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan strategi pengembangan pariwisata untuk Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara yang memiliki 156 Pulau-pulau kecil. Strateginya adalah  pengembangan produk pariwisata harus berdasarkan pada potensi dan daya tarik alam kelautan terutama pantai pada kepulauan dan alam bahari, berciri lingkungan hidup alami dan berorientasi pada usaha konservasi (sustainable ecotourism) dari potensi alam.
   Pemerintah Kota Sibolga yang memiliki 7 (tujuh) pulau-pulau kecil telah menetapkan pulau-pulau kecil di Teluk Tapian Nauli sebagai destinasi wisata.  Daya tarik wisata berupa wisata bahari pulau kecil dengan potensi  pantai pulau, mangrove, lamun , terumbu karang dan biota laut lainnya. Pulau kecil yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata bahari adalah Pulau Poncan Gadang. Di Pulau Poncan Gadang terdapat resort wisata Poncan Marine Resort yang telah memiliki fasilitas yang lengkap berupa cottage, dermaga, kapal pesiar, jalan setapak, boat charter, banana boad, jet ski, snorkel, alat pancing, alat penyelaman, restauran, karaoke dan game room. Fasilitas lain berupa sea food restaurant, water sport shop, souvenir shop, video game room, billiard  room, children playground, fishing tour, ferry service, airport transfer, private car park dan KM. Nauli Miai Cruise.
Pariwisata bahari di Pulau Poncan Gadang perlu dikembangkan. Peningkatan kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia serta peningkatan wisatawaan nusantara memerlukan penambahan obyek dan fasilitas pariwisata. Pemanfaatan Pulau Poncan Gadang untuk resort wisata seluas 86.759 meter2 atau 9,43 persen dari luas pulau, sehingga masih memungkinkan perluasan resort wisata Poncan Marine Resort atau penambahan resort wisata baru.  Perluasan resort atau penambahan resort wisata di Pulau Poncan Gadaang akan berdampak pada kelestarian sumberdaya alam, keberlanjutan ekowisata dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.  Oleh karena itu, tulisan ini membahas strategi ketika Pulau Poncan Gadang dikembangkan menjadi obyek ekowisata bahari.

Metoda penelitian
Untuk mendapatkan kesesuaian sumberdaya alam Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata bahari digunakan analisis kesesuaian. Analisa kesesuaian adalah mebandingkan kondisi lapangan dengan kereiteria para ahli maupun ketetapan pemerintah.  Keriteria yang dipakai  adalah Tuwo (2011),  Yulianda (2007), Bengen (2002) dan  Ditjen Pariwisata (1996). 
             Untuk mendapatkan strategi pengelolaan ekowisata Pulau Poncan Gadang digunakan analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat disingkat analiosa SWOT (Rangkuti, 2002; David, 2002). Jumlah responden dalam analisis ini 15 orang stokeholder ekowisata Pulau Poncan Gadang.  Tahapan dalam analisis SWOT berupa: (1) penentuan faktor-faktor  faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dilanjutkan dengan penskoran, pembobotan untuk mendapatkan prioritas masing-masing variabel SWOT; (2) penenetuan srategi pengelolaan berdasarkan : Strength – Opportunity (S – O), strategi Weakness – Opportuniy (W – O), strategi Strength – Threat (S – T ) dan strategi Weakness – Threat (W – T), dilanjutkan dengan penskoran dan pembobotan masing-masing variabel strategi untuk mendapatkan prioritas strategi yang akan diterapkan.

Lokasi penelitian
Secara administratif  Pulau Poncan Gadang berada di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia (BPS, 2012). Luas Pulau Poncan Gadang lk. 92 Ha. Geomorfologi Pulau Poncan Gadang,  pantainya  kemiringan 30-50 (kategori landai, 00- 100) dan pada perbukitannya 100 - 450 (kemiringan terjal). Berdasarkan litologi, batuan penyusunannya terjadi akibat akibat vulkanik. Berdasarkan geografi,  pulau dekat dengan Kota Sibolga, dapat ditempuh dalam waktu 15 menit.. Berdasarkan topografi, pantai Pulau Poncan Gadang pada ketinggian 0 - 3 meter (pulau rendah), sedangkan perbukitannya 20 meter  sebagai pulau ketinggian sedang (Depbudpar, 2004).
Penduduk Pulau Poncan Gadang dan Kota Sibolga heterogen. Berasal dari berbagai etnis, diantaranya etnis Minangkabau, Mandailing, Batak Toba, Nias, Jawa dan etnis lainnya.  Perpaduan dari berbagai etnis ini membentuk etnis baru yang disebut sebagai ”Etnis Pesisir”, yang memiliki bahasa ”Baiko - baiko” atau  bahasa ”Munak - munak” (mirip Bahasa Minangkabau) dan kesenian tersendiri disebut sebagai kesenian pesisir (hasil wawancara). Bahasa dan budaya pesisir ini, sebagai salahsatu potensi  budaya untuk pengembangan ekowisata di Pulau Poncan Gadang dan Kota Sibolga. .

Kelayakan ekowisata pantai
Analisa kelayakan ekowisata pantai. Kedalaman perairain 0 -  5 meter masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), sangat sesuai (Yulianda, 2007), sangat sesuai (Bengen, 2002), sangat sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).  Kecepatan arus 20 cm/detik masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), sesuai (Yulianda, 2007), sesuai (Bengen, 2002), sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).  Kecerahan perairan 15 meter masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996). Material dasar perairan adalah pasir masuk kategori sangat sesuai (Bengen, 2002), sangat sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996). Tipe pantai pantai berpasir putih masuk kategori sangat sesuai (Bengen, 2002), sangat sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996). Penutupan lahan adalah lahan terbuka dan pohon kelapa masuk kategori sangat sesuai (Bengen, 2002), sangat sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).
Kelayakan ekowisata snorkel
Kelayakan ekowisata snorkel selain memenuhi kelayakan ekowisata pantai maka perairan harus memililiki ekowistem terumbu karang.  Tutupan rata-rata terumbu karang 35,72 persen  masuk kategori kurang sesuai (Tuwo, 2011), kurang sesuai (Yulianda, 2007). Keanekaragaman karang 19 jernis  masuk kategori sangat sesuai (Tuwo, 2011), sangat sesuai (Yulianda, 2007). Ikan karang Pulau Poncan Gadang 35 jenis  masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), sesuai (Yulianda, 2007).

Kelayakan ekowisata menyelam
Kedalaman perairain 7 - 12 meter masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), sangat sesuai (Yulianda, 2007), sesuai (Bengen, 2002), sangat sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).  Kecepatan arus 20 cm/detik masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), sesuai (Yulianda, 2007), sesuai (Bengen, 2002), sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).  Kecerahan perairan 15 meter masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011). Tutupan rata-rata terumbu karang 35,72 persen  masuk kategori kurang sesuai (Tuwo, 2011), kurang sesuai (Yulianda, 2007), kurang sesuai (Bengen, 2002), sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996) dan rusak sedang (KLH, 2001). Keanekaragaman karang 19 jernis  masuk kategori sangat sesuai (Tuwo, 2011), sangat sesuai (Yulianda, 2007), tidak sesuai (Bengen, 2002), sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).  Ikan karang 35 jenis  masuk kategori sesuai (Tuwo, 2011), kurang sesuai (Yulianda, 2007), kurang sesuai (Bengen, 2002), sangat sesuai (Ditjen Pariwisata, 1996).

Strategi  pengelolaan Pulau Poncan untuk  ekowisata                                                               
1.   Analisis faktor-faktor  internal  dan eksternal
  Strategi pengelolaan ekowisata dianalisis berdasarkan kondisi lingkungan strategik yang mencakup faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisis  berdasarkan kondisi sumberdaya alam, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, kelembagaan dan infrasturuktur di Pulau Poncan Gadang dan Kota Sibolga, didapat faktor-faktor internal dan eksternal.  Faktor-faktor internal dan eksternal berupa:
Kekuatan (Strength). Kekuatan utama pengelolaan Pulau Poncan untuk ekowisata  adalah: (1) kebijakan Pemerintah, Pemerintah Kota dan  Pemerintah Provinsi yang mendukung pengembangan ekowisata., (2)  tersedia banyak sarana transportasi  baik yang dikelola PT. Sibolga Marine Resort maupun yang dimiliki nelayan yang berpotensi dikembang menjadi pendukung ekowisata Pulau Poncan Gadang, demikian juga transportasi darat, laut dan udara menuju Kota Sibolga, (3) tersedia sumberdaya manusia Kota Sibolga dan sekitarnya yang memiliki angkatan kerja dengan tingkat pengangguran yang tinggi yang berpotensi untuk menjadi tenaga kerja bidang kepariwisataan, (4) tersedia sumberdaya alam terumbu karang dan pantai berpasir putih potensial  untuk menjadi obyek ekowisata dan (5) terdapat bahasa, seni dan budaya lokal dan kerajinan tangan yang khas yang dapat menjadi pendukung obyek wisata.
Kelemahan (Weakness). Kelemahan utama atas pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata, berupa:  (1) kemiskinan pada masyarakat pesisir khususnya nelayan, (2)  pendidikan dan dan keterampilan masyarakat yang rendah, (3) kerusakan sumberdaya alam (4) penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan dan (5) promosi pariwisata yang kurang.
Peluang (Opportunity). Peluang utama dalam pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata adalah: (1) terbukanya kesempatan kerja di bidang pariwisata dan kegiatan pendukungnya , (2) terbukanya kesempatan berusaha dibidang pariwisata dan usaha pendukungnya, (3) terbukanya pengembangan kesenian dan budaya lokal, (4) terbukanya pelestarian terumbu karang dan lingkungan dan (5) terbukanya kedatangan wisatawan lokal, nusantara, mancanegara.
Acaman (Threat). Ancaman dalam  pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata adalah: (1) limbah domestik Kota Sibolga yang mengancam mencemari peraian (2) perikanan tangkap yang tidak ramah lingkungan yang merusak terumbu karang, (3) reklamasi pantai untuk perluasan kota, (4) konflik antara pengusaha pariwisata dengan masyarakat lokal dan (5) semakin meningkatnya tuntutan produk ramah lingkungan.

2.      Prioritas  faktor  internal dan eksternal
               Setelah dilakukan analisis pembobotan dan analisis skor dari masing-masing variabel SWOT, maka nilai tertinggi hasil perkalian bobot dengan skor  menjadi penentu prioritas dari masaing-masing SWOT.
a.    Prioritas faktor kekuatan (S). Urutan hasil perkalian bobot dengan skor variabel kekuatan yang menjadi priorotas varibel pengelolaan adalah: (1) tersedia sumberdaya alam terumbu karang dan pantai berpasir putih untuk menjadi obyek ekowisata, (2) kebijakan Pemerintah, Pemerintah Kota Sibolga, dan Pemerintah Provinsi mendukung pengembangan ekowisata, (3) tersedia banyak sarana transportasi  yang berpotensi menjadi pendukung ekowisata, (4) tersedia sumberdaya manusia untuk menjadi tenaga kerja dan (5) terdapat bahasa, seni dan budaya lokal dan kerajinan yang khas untuk mendukung ekowisata.
b.Prioritas faktor kelemahan (W)
Prioritas faktor kelemahan (W) dalam pengelolaan ekowisata adalah: (1) kemiskinan pada masyarakat pesisir khususnya nelayan, (2) pendidikan dan dan keterampilan masyarakat yang rendah, (3) kerusakan sumberdaya alam Pulau Poncan Gadang, (4)  lemahnya penegakan hukum terhadap perusak lingkungan dan (5) promosi pariwisata yang kurang.
c.Prioritas faktor  peluang (O)
Prioritas faktor peluang (O) pengelolaan ekowisata Pulau Poncan Gadang adalah: (1) terbukanya kedatangan wisatawan lokal, nusantara, mancanegara, (2) terbukanya kesempatan kerja, (3) terbukanya kesempatan berusaha, (4) terbukanya pengembangan kesenian dan budaya lokal dan (5) terbukanya pelestarian terumbu karang.
d.Prioritas  faktor  ancaman (T)
Prioritas faktor ancaman  (T) pengelolaan ekowisata Pulau Poncan Gadang adalah: (1) limbah domestik, (2)  perikanan tangkap yang merusak terumbu karang, (3) reklamasi pantai untuk perluasan kota, (4) meningkatnya tuntutan produk ramah lingkungan dan (5) konflik antara pengusaha pariwisata dengan masyarakat lokal.

3.         Penentuan strategi pengelolaan ekowisata
           Strategi pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata meliputi strategi : (1) Strength – Opportunity (S – O), (2) strategi Weakness – Opportuniy (W – O), (3) strategi Strength – Threat (S – T ) dan (4) strategi Weakness – Threat (W – T).
               Strategi Strength – Opportunity (S – O) adalah strategi  menggunakan kekuatan (S)  untuk memanfaatkan peluang  yang ada, berupa: (1) pengembangan obyek ekowisata Pulau Poncan Gadang dengan memanfaatkan kebijakan pemerintah, sarana pendukung, sumberdaya manusia, seni-budaya dan sumberdaya alam yang mendukung, (2) memanfaatkan dukungan pemerintah, masyarakat dan wisatawan untuk pelestarian terumbu karang sebagai obyek ekowisata dan (3) memanfaatkan  seni, budaya, bahasa lokal dan kerajinan yang khas menjadi ikon ekowisata.
            Strategi Weakness – Opportuniy (W – O) adalah strategi  dengan meminimalkan kelemahan (W) untuk memanfaatkan peluang (O)  yang ada, berupa: (1) memberikan modal usaha dan pemberdayaan masyarakat agar dapat berusaha di sektor pariwisata, (2) meningkatkan pendidikan dan keterampilan  sehingga dapat bekerja dan berusaha di bidang pariwisata dan (3) meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan sumberdaya alam dan promosi ekowisata.
             Strategi Strength – Threat (S – T ) adalah strategi  dengan menggunakan kekuatan (S) untuk mengatasi ancaman (T) yang ada, berupa: (1) penetapan perairan Pulau Poncan Gadang sebagai kawasan konservasi peraian untuk melindungi terumbu karang dari limbah domestik, reklamasi dan perikanan tangkap tidak ramah lingkungan, (2) memanfaatkan media bahasa, seni, budaya dan kerajinan lokal sebagai media penyuluhan dan peningkatan kesadaran lingkungan dan (3) penetapan Pulau Poncan Gadang menjadi obyek ekowisata yang dikelola secaraa bersama atau kemitraan untuk mengatasi konflik pengusaha dan masyarakat.
              Strategi Weakness – Threat (W – T) adalah strategi  dengan meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari acaman (T) yang ada, berupa: (1) memberikan mata pencarian alternatif di luar nelayan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pengurangan kesukan lingkungan, (2) peningkatan pendidikan dan keterampilan serta kesadaran hukum dan lingkungan dan (3) melibatkan masyarakat sejak perencanaan sampai pengawasan dalam dalam berbagai kegiatan yang dilakukan pemerintah/swasta.

4.      Prioritas strategi pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata

        Setelah menetapkan pembobotan dan penskoran dari variabel –variabel  SWOT, kemudian hasil perkalian bobot dengan skor menentukan prioritas strategi pengelolaan ekowisata Pulau Poncan Gadang.  Prioritas strategi pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata, berupa:

1.         Memberikan modal usaha dan pemberdayaan masyarakat agar dapat berusaha di sektor pariwisata.
2.         Memberikan mata pencarian alternatif di luar nelayan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pengurangan kerusakan lingkungan.
3.     Pengembangan obyek ekowisata Pulau Poncan Gadang dengan memanfaatkan kebijakan pemerintah, sarana pendukung, sumberdaya manusia, seni-budaya dan sumberdaya alam yang mendukung.
4.     Menetapkan perairan Pulau Poncan Gadang sebagai kawasan konservasi peraian untuk melindungi terumbu karang dari limbah domestik, reklamasi dan perikanan tangkap tidak ramah lingkungan.
5.         Meningkatkan pendidikan dan keterampilan  sehingga dapat bekerja dan berusaha di bidang pariwisata.
6.         Pendidikan dan keterampilan serta kesadaran hukum dan lingkungan.
7.         Dukungan pemerintah, masyarakat dan wisatawan untuk pelestarian terumbu karang sebagai obyek ekowisata.
8.         Memanfaatkan media bahasa, seni, budaya dan kerajinan sebagai media penyuluhan dan peningkatan kesadaran lingkungan.
9.     Penetapan Pulau Poncan Gadang menjadi obyek ekowisata yang dikelola secaraa bersama atau kemitraan untuk mengatasi konflik pengusaha dan masyarakat.
10.     Melibatkan masyarakat sejak perencanaan sampai pengawasan dalam dalam berbagai kegiatan yang dilakukan pemerintah/swasta.
11.     Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengawasan sumberdaya alam dan promosi ekowisata.
12.     Memanfaatkan  seni, budaya, bahasa lokal dan kerajinan yang khas menjadi ikon ekowisata.

Kesimpulan
1. Pemerintah Kota  Sibolga  telah menetapkan destinasi wisata pada  pulau-pulau kecil dengan daya tarik wisata berupa pantai, mangrove, lamun dan terumbu karang. Obyek ekowisata Pulau Poncan Gadang berupa ekowisata bahari dengan daya tarik wisata pantai berpasir putih, terumbu karang dan pemandangan yang indah.
2. Sumberdaya alam Pulau Poncan Gadang memiliki kesesuaian untuk kegiatan ekowisata bahari berupa ekowisata pantai, ekowisata snorkel dan ekowisata menyelam.
3. Terdapat  12 (dua belas) strategi pengelolaan Pulau Poncan Gadang untuk ekowisata berdasarkan prioritas berupa: (1) pemberdayaan masyarakat, (2)  mata pencarian alternatif, (3) pengembangan obyek wisata, (4) penetapan kawasan konservasi, (5) meningkatkan pendidikan dan keterampilan, (6) kesadaran hukum, (7) dukungan pelestarian terumbu karang, (8) memanfaatkan kearifan lokal untuk pengembangan pariwisata, (9) pengelolaan secara kemitraan, (10) pelibatan masyarakat lokal dalam perencanaan, (11)  pengawasan melibatkan masyarakat lokal dan (12) kebudayaaan lokal menjadi ikon wisata.
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Tak Perlu Rekrut PNS: Sebelas Daerah Otonom Baru Diresmikan. Harian Kompas, Nomor 289 Tahun 48 Tanggal 23 April 2013, Halaman 5 Kolom 4-7. Jakarta

[BPS]. 2011. Sibolga Dalam Angka 2011.  Badan Pusat Statistik Kota Sibolga dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Sibolga, Sibolga

Bengen,D.G. 2002. Pengembangan Konsep Daya Dukung Dalam Pengelolaan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil. Laporan akhir penelitian, kerjasama Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan- IPB. Bogor

[Dewan Kelautan Indonesia]. 2009. Pemahaman Laut, Hukum Laut dan Implementasinya Terhadap Pembangunan Kelautan di Indonesia. Dewan Kelautan Indonesia, Jakarta

[Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara]. 2006. Laporan Akhir Profil Pulau-pulau Kecil. Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara , Medan

[Departemen Kebudayaan dan Pariwisata – RI]. 2004. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : km.67/um.001/MKP/2004  Tentang  Pedoman Umum Pengembangan Pulau Kecil. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata – RI, Jakarta

[Direktorat Bina Obyek dan Daya Tarik Wisata]. 1998. Pedoman Pengembangan Ekowisata. Direktorat Jenderal Pariwisata, Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Jakarta

David,F.R.2002. Manajemen Strategis: Konsep. Prenhallindo. Jakarta

[LP – USU]. 2004. Laporan  Studi Potensi Pengembangan  Wisata Bahari di Pantai Barat Sumatera Utara. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, Medan

[Menteri Negara Lingkungan Hidup – RI]. 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2001 Tentang  Keriteria  Baku Kerusakan Terumbu Karang. Menteri Negara Lingkungan Hidup – RI, Jakarta

Rangkuti, F. 2002. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Re-orientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia: Jakarta

Setiono, J. Sujatno. Rukman, D. 2003. Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan Hutan.  Dirjen PHKA Dephut, Bogor

[Sekretariat Negara – RI], 2009. Undang  -  Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Sekretariat Negara – RI, Jakarta

Tuwo, A. 2011.  Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional, Jakarta

Yulianda, F. 2003. Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Ekowisata Bahari. Institut Pertanian Bogor. Bogor

.


No comments:

Post a Comment